Doa dapat didefinisikan sebagai permintaan atau permohonan dari pihak yang berkedudukan rendah kepada pihak yang berkedudukan lebih tinggi. Pihak yang berkedudukan rendah adalah manusia dan pihak yang berkedudukkan lebih tinggi adalah Allah SWT. Kita memohon kepada Allah karena Dialah hakikat yang memiliki kebesaran, ketinggian, kemuliaan, keagungan, dan Allah pasti akan mengabulkan segala permintaan hamba-Nya.
Dari pengertian doa di atas, dapat kita pahami bahwa doa memiliki kedudukan tinggi. Sebab, ketika berdoa, pada hakikatnya kita sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT. Ketika berdoa, kita menghadapkan hati kepada Allah dengan tulus dan tawadhu.
Hati pun sangat ikhlas dalam mengesakan Allah, tiada Tuhan Yang Mahatinggi, Mahaagung, dan Mahasempurna selain Allah. Hanya kepada Allah kita menyembah dan memohon sesuatu. Ini pun telah kita nyatakan setiap hari sebanyak 17 kali dalam 17 rakaat shalat-shalat wajib, belum pada shalat-shalat sunah:
"Hanya kepada-Mu (Allah) kami menyembah (ibadah) dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." (Q.S. Fatihah: 5).
Sementara itu, beribadah kepada Allah tidak hanya sekadar shalat, puasa, zakat, dan haji. Akan tetapi, beribadah dalam arti luas adalah segala aktivitas apa pun dalam kehidupan kita yang sesuai dengan pelaksanaan perintah-perintah Allah, termasuk aktivitas berdoa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menegaskan bahwa berdoa itu nilainya sama dengan ibadah, bahkan doa itulah intisari dari sebuah ibadah. Sebab, dari setiap ibadah, kita semua berharap agar Allah ridho kepada hamba-Nya. Diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya doa itu adalah ibadah." (HR. Imam yang empat dan dishahih oleh Tirmidzi)
Setelah Rasulullah SAW menyebutkan hadits ini, beliau membacakan firman Allah yang artinya: "Dan Tuhanmu telah berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."(QS. Al Mumin: 60).
Rasulullah SAW membacakan ayat tersebut setelah mengatakan, "Doa itu adalah ibadah." Ini berarti, doa bernilai ibadah bila dilakukan semata-mata untuk memenuhi perintah Allah, "Ud'uunii" (berdoalah kepada-Ku). Jadi, bila berdoa bukan karena memenuhi perintah Allah, doa itu tidaklah menjadi ibadah.
Ahli Tauhid menyatakan, bila dalam berdoa mengharapkan pamrih, yakni mengharap dikabulkan apa yang diminta dalam doa, itu artinya sudah melakukan kesalahan dalam berdoa. Yang demikian itu termasuk su'ul adab (kesalahan-kesalahan dalam berdoa yang membuat doa itu tidak dikabulkan).
Alasannya, Allah menganugerahkan karunia-Nya tidak dapat dipaksa atau terpaksa lantaran doa si hamba. Ada aturan main yang jelas antara Maa Thulib(yang diperintah yakni manusia) dengan Maa Dhumin (yang memiliki tanggung jawab atau jaminan yakni Allah). Maksudnya, bahwa urusan berdoa adalah kewajiban hamba yang diperintah, sedang ijabah (mengabulkan) itu urusan Allah yang memberi perintah. Allah memiliki hak memberi atau tidak dan Allah pemberi tanggung jawab yang adil. Tidak ada dari sekecil apa pun makhluk yang tidak mendapatkan bagian dari anugerah-Nya.
Sementara, maksud menyombongkan diri dari menyembah-Nya adalah menyombongkan diri dari tidak berdoa kepada Allah. Maka barangsiapa yang tidak menghadap kepada Allah dengan memenuhi perintah berdoa untuk menghalau marabahaya dan menolak keburukan atau untuk mencari manfaat dan meraih kebaikkan, berarti ia telah menyombongkan diri di hadapan Allah. Orang yang menyombongkan diri akan dimasukkan ke neraka dalam keadaan hina. Allah SWT berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Al Mumin: 60).
Kemudian, kita melihat adanya pemisahan antara ibadah dan berdoa pada ayat "iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin" juga pemisahan antara ibadah dan doa dengan dhomir (kata ganti dalam bahasa arab, seperti huwa artinya ia/dia) pada hadits "addu'aa huwal 'ibaadah" (doa adalah ibadah). Hal ini dimaksudkan untuk memberi penegasan bahwa doa memiliki cakupan dan keluasan. Artinya, doa adalah ibadah yang kedudukannya paling tinggi, paling luhur, dan paling mulia di hadapan Allah SWT. Sumber: Buku Dahsyatnya Doa Para Nabi.
Tags yang berkaitan dengan doa: berdoa, adab berdoa, berdoa ketika haid, kelebihan berdoa, cara berdoa, berdoalah, cara berdoa kristen, berdoa ketika hujan, cara berdoa yang benar, doa otaknya ibadah.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar